Beranda Opini

Tikung Menikung

0

Politik itu sejatinya dibangun melalui konspirasi – konspirasi yang sangat licik. Dan politisi disebut aktor yang paling tangguh. Machiavelli dalam buku Sang Pangeran menyebutkan, orang bisa tak bermoral ketika ingin merebut kekuasaan. Bahkan Mao Zedong menyebutkan, kekuasaan itu lebih nikmat dari berhubungan seks.

Maka apapun bisa dilakukan asalkan dapat berkuasa. Bahkan di Indonesia sudah seperti kerajaan zaman dahulu kala. Politik dinasti tumbuh subur pasca Reformasi. Inilah dilukiskan oleh Nila Bubandf sebagai kegaiban dalam imajinasi politik Indonesia.

Bagaimana tidak gaib, ayah, anak, istri jadi kepala daerah di pilkada langsung 2020. Bahkan di Kabupaten Kediri, istri pertama melawan istri kedua di pilkada. Pesta pun dimenangkan istri pertama dari bupati sebelumnya.

Bahwa politik di Indonesia saat ini sangat mahal dan menjadi lahan intervensi pemilik modal cair sudah diurai dengan baik oleh Burhanuddin Muhtadi di dalam buku Kuasa Uang. Dan itu tak nampak dan tak mudah dibuktikan. Ia seperti mahluk gaib.Terasa tapi tak terlihat.

Politik diibaratkan Burhan seperti dagang sapi. Ada yang menjual dan membeli. Dan semuanya, dijelaskan Burhanudin Muhtadi masuk dalam lingkaran setan politik uang dari suap rekomendasi partai hingga vote buying saat pemilihan berlangsung.

Bahkan lebih jauh lagi, manusia bisa saling membunuh, untuk dapatkan kekuasaan. Ingat kisah Ken Arok yang membunuh Tunggul Ametung untuk menjadi penguasa Tumapel tahun 1222. Bukan hanya membunuh suami untuk berkuasa, istrinya Ken Dedes pun dibujuk dijadikan istrinya Ken Arok.

Ingatlah Firman Allah kepada manusia, “Katakanlah, ‘Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu’.” (QS Ali Imran [3]:26)

Baca juga:  Menilik Peran Strategis dan Partisipatif Pemuda Dalam Mewujudkan Pemilu yang Baik

Dengan anugerah kekuasaan itu, Allah akan memuliakan kedudukan seseorang, dan dengan mencopot kekuasaan itu Allah telah menjatuhkan martabat seseorang. Sudah banyak contoh di dunia maupun di Indonesia. Mereka yang terhormat tak lagi jadi terhormat karena terlibat kasus kasus korupsi dan modus lain.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini