Beranda Opini

Vaksin dan Obat Dinasti

0

Pertanyaan kedua, terkait dengan kecendrungan apakah praktik politik dinasti ini akan berlangsung secara terus menerus menjadi suatu sistem dalam recruitment calon atau hanya bersifat temporer sebagai sebuah penyimpangan anamoli kecil, yang oleh mekanisme sistem besarnya dapat segera dikoreksi.

Apakah jika kemudian sanak keluarga atau kerabat terdekat orang-orang dimaksud berhasil terpilih sebagai Kepala Daerah atau Anggota Legislatif, cenderung akan melakukan hal yang sama, mengangkat sanak keluarga dan kerabat terdekatnya untuk menduduki posisi jabatan publik yang sama?.

Atau bisakah dibuktikan bahwa orang-orang yang diberi stigma pelaku politik dinasti saat ini, ketika mendapatkan jabatan dan peran menentukan itu diperolehnya dari warisan pengangkatan dari orang tuanya atau kerabat dekatnya.

Nyaris hampir semua stigma pelaku dinasti yang menjadi isu pembincangan publik adalah individu-individu yang menempuh jalur rekruitmen penempaan yang panjang hingga mencapai sukses menduduki jabatan penting baik sebagai Kepala Daerah maupun elit pimpinan pemegang kekuasaan partai.

Di Kepri misalnya, almarhum H.M Sani dan H. Syahrul, H Muhd Rudi, Husnizar Hood, H. Lis Darmansyah, H. Suryo Respationo, Apri Sujadi, Agus Wibowo, Ansar Ahmad, Alias Wello, Daeng Rusnadi, adalah nama-nama yang dikenal gigih, jungkir balik, jatuh bangun dalam meraih setapak demi setapak posisi jabatannya baik sebagai Kepala Daerah maupun elit yang memegang kekuasaan di parpol.

Lalu, dengan reasoning apa kita bisa memastikan bahwa figur-figur calon yang dikaitkan dengan nama-nama tersebut di atas akan meneruskannya jika mereka sukses terpilih, atau mereka-mereka yang bahkan sudah dan sedang menduduki jabatan di legislatif misalnya akan mengangkat sanak keluarga dan kerabat terdekatnya meneruskan recruitment politik dinasti ini ?

Baca juga:  Sekarung Beras Politik Menuju Pilgub Kepri 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini