Beranda Opini

Trump dan Ardern

0
Trump dan Ardern-f/istimewa

Oleh: Robby Patria

Dalam laporan The Economist, President Donald Trump mengatakan orang Amerika harus memilihnya kembali karena catatan kinerja bidang ekonominya dianggap bagus.

Sebelum COVID-19, Amerika menikmati tingkat pengangguran terendah dalam 50 tahun, pertumbuhan upah tahunan yang cepat hampir 5% di antara pekerja dengan bayaran terendah dan pasar saham yang apung.

Trump mengaitkan semua ini dengan strategi tiga cabangnya yaitu pemotongan pajak, deregulasi, dan kebijakan perdagangan konfrontatif, dan mengatakan hal yang sama akan menghidupkan kembali ekonomi setelah pandemi.

Banyak pemilih setuju. Ekonomi adalah salah satu masalah di mana Trump tidak menghadapi defisit besar dalam jajak pendapat.

Namun survei The Economist, mendapatkan angka Trump akan kalah pada pemilu November mendatang.

Kasus covid-19 di negara adidaya yang tak terkendali menyebabkan lebih dari 200 ribu warga Amerika meninggal dunia salah satu faktor yang menyebabkan pemilih tak menjatuhkan pilihan kepada Trump.

Hukuman rakyat kepada pemimpin yang mereka anggap gagal. Ia membelakangi pengetahuan.

Kasus Trump tentu berbeda dengan pemilu di Selandia Baru. Perdana Menteri Jacinda Ardern menang telak dari partai lainnya. Ia dianggap sukses mengatasi pandemi covid-19. Wajar rakyat memilih Ardern sebagai pemimpin muda yang membawa perubahan di Selandia Baru.

Kasus Trump dan Ardern adalah dua pemimpin yang merasakan pemilu di era pandemi. Dan menghadapi kegoncangan ekonomi negara mereka.

Para ilmuan di Amerika yang pro kepada pengetahuan mereka menyatakan dukungan ke Biden. Karena Biden dianggap calon yang percaya kepada science untuk menghadapi bencana covid-19.

Baca juga:  Saat Krisis Perlu Pemimpin Hebat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini