JAKARTA – Rapat Kerja Komisi III DPR dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu (18/1) tak hanya berisikan pembahasan serius. Ada kalanya para anggota dewan bergurau dengan saling menyindir.
Saling menyindir itu terjadi antara PDI-P dengan Partai Demokrat, dua partai yang kini bertukar posisi.
Saat masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang kini menjabat Ketua Umum Partai Demokrat, PDI-P menjadi oposisi. Kini posisi itu berbalik 180 derajat saat kader PDI-P Joko Widodo menjadi presiden.
Saling sindir itu dimulai saat politisi PDI-P Junimart Girsang menanyakan ihwal kasus korupsi yang menjerat Choel Mallarangeng, adik dari mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng, yang juga mantan Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat.
“Terkait kasus lama yang tersangkanya belum diproses ke pengadilan, Choel Mallarangeng misalnya, itu bagaimana kelanjutannya,” tanya Junimart kepada KPK,
Pertanyaan itu langsung ditanggapi oleh Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo yang memimpin rapat.
“Rupanya PDI-P dendam sekali sama Demokrat,” canda Bambang yang disambut tawa anggota Komisi III lainnya.
Sindiran itu seolah dibalas oleh Wakil Ketua Komisi III DPR Benny Kabur Harman yang juga Wakil Ketua Fraksi Demokrat. Benny menanyakan ihwal besarnya intensitas operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK di tahun 2016.
“Ini banyaknya OTT ini apakah ini ‘the new way of KPK’ atau dilakukan sejak KPK dipanggil Presiden,” ujar Benny.
Benny lantas menghadapkan posisi duduknya ke Ketua DPP PDI-P di sampingnya, Trimedya Panjaitan yang juga Wakil Ketua Komisi III.
“Kalau dulu kami partai (pendukung) presiden bisa langsung tanya ke Pak SBY. Sekarang mau tanya ke Pak Jokowi ini bagaimana Pak Trimedya, susah ini kan mau tanya Pak Jokowi,” kata Benny yang juga disambut tawa seisi ruangan. (kompas.com)