Beranda Opini

Mengenal Tipe Hujan

1
Khalid Fikri Nugraha Isnoor

Oleh: Khalid Fikri Nugraha Isnoor/Prakirawan BMKG Tanjungpinang

PADA zaman modern seperti saat ini, banyak lahir kata-kata atau istilah-istilah baru dalam kehidupan bermasyarakat.

Selain itu, istilah-istilah ilmiah juga ikut berkembang. Sehingga, terkadang masyarakat kurang memahami istilah-istilah atau bahasa lama yang sebenarnya sering digunakan, bahkan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Kebanyakan orang mengetahui bahwa hujan adalah presipitasi. Memang tidak salah. Akan tetapi, presipitasi tidak hanya hujan saja.

Tepatnya, presipitasi merupakan salah satu dari proses hidrologi atau siklus air, yang melibatkan peran dari permukaan bumi dan atmosfer.

Presipitasi merupakan sumber utama air di bumi kita, yang diperkirakan sekitar 505.000 kilometer Kubik air jatuh sebagai presipitasi setiap bulannya.

Sekitar 70% presipitasi tersebut jatuh di lautan dan 30% tersebar melalui permukaan, gunung, sungai dan lainnya.

Presipitasi sendiri adalah suatu proses pelepasan komponen air dari atmosfer menuju ke permukaan bumi.

Dalam ilmu meteorologi, presipitasi menyatakan endapan berbentuk cair atau padat (es) yang berasal dari atmosfer dan jatuh kepermukaan bumi.

Komponen endapat cair atau padat yang dimaksud adalah semua yang berdasar dari air yaitu gerimis, hujan, salju, bongkahan es, serta virga.

Hujan yang kita kenal selama ini merupakan proses akhir dari sirkulasi uap air di atmosfer. Jadi bisa dikatakan, hujan memerlukan proses yang cukup panjang hingga air tersebut jatuh dari atas.

Prosesnya diawali dengan, evaporasi atau yang kita kenal dengan penguapan karena pemanasan dari matahari pada lapisan terendah atau permukaan tanah.

Pemanasan juga bisa terjadi di Lautan dan laut merupakan penyumbang uap air terbesar yang ada di atmosfer, setelah itu uap air akan mengalami proses kondensasi atau biasa disebut dengan pengembunan menjadi butir-butir air.

Baca juga:  Lima Upaya Kehidupan Baru Bersama Covid-19

Butir-butir air ini akan terbawa oleh angin dan akan terjadi penumpukan sehingga terbentuklah yang kita kenal dengan awan.

Setelah awan bertransformasi menjadi suatu sistem perawanan yang besar, sistem ini akan terus hidup dan berkembang hingga sistem awan tersebut tidak mampu lagi menampung banyaknya uap air yang ada di dalamnya atau sering kita menyebutnya mendung (gelap).

Sering sekali kita melihat warna awan atau langit berubah menjadi gelap atau mendung, hal tersebut terjadi karena kandungan uap air yang berada di awan telah banyak berkumpul dan sinar matahari tidak dapat menembus kumpulan awan tersebut.

Proses berlanjut pada proses akhir yaitu jatuhnya titik-titik air ke permukaan bumi atau yang kita kenal dengan hujan.

Tidak semua hujan yang jatuh ke permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, istilah ini disebut dengan Virga. Sebelum sampai ke permukaan bumi titik-titik air ini akan menguap kembali bisa disebabkan karena suhu pada permukaan yang cukup tinggi.

Secara umum kita bisa mulai mengenali tipe-tipe hujan yang terjadi di sekitar kita dengan melihat awan apa yang menjadi penyebab turunnya hujan.

Seringkali hujan turun secara tiba tiba dan dalam waktu yang singkat, hujan yang seperti ini disebut dengan Shower Rain.

Berasal dari tipe awan konvektif atau tipe awan yang menjulang tinggi seperti awan Cumulus, Towering Cumulus, dan juga awan yang sudah seringkali kita dengar yaitu awan Cumulonimbus merupakan awan gelap yang dapat menimbulkan cuaca buruk. Hujan yang seperti ini terjadi dalam waktu yang singkat antara 5 – 15 menit, namun bersifat deras atau memiliki intensitas hujan yang cukup banyak.

Intermitten Rain, proses hujan ini berasal dari awan-awan yang jika kita melihat ke angkasa langit hampir sepenuhnya tertutupi awan-awan seperti Stratus atau Altostratus atau biasa disebut dengan awan tipe menengah yang tersebar merata menutupi langit.

Baca juga:  Membangun Industri Rumput Laut Terintegrasi di Kepri: Antara Budidaya dan Pengolahan

Dasar awan biasanya cenderung terang dengan kondisi perawanan yang rapat atau solid. Proses hujan ini dapat diperkirakan lama kejadiannya berkisar 1 jam atau kurang, dengan diawali oleh gerimis, biasanya berasal dari awan yang tersebar merata (awan stratus) yang menghasilkan tetes-tetes air yang sangat kecil dengan diameter 0.2 hingga 0,5 mm dan intensitas hujannya kurang dari 1mm/jam, walaupun durasi hujan cukup lama, namun intensitas hujan terkadang tidak sebanyak hujan bertipe Shower Rain.

Continous Rain atau hujan berkelanjutan, proses hujan ini hampir serupa dengan proses yang sebelumnya berasal dari awan menegah seperti Altocumulus atau Altostratus, namun dengan dasar awan yang cenderung gelap karena terkadang terdapat awan konvektif yang mendukung terjadi nya proses hujan ini, seperti awan Stratocumulus ataupun awan Cumulonimbus.

Pada proses hujan ini lapisan awan menengah cenderung lebih tebal dan menutupi keseluruhan langit. Hujan yang akan ditimbulkan bisa kita nilai pada jam pertama kejadian.

Jika hujan turun dalam waktu 1 jam tanpa henti, bisa dipastikan hujan akan berlangsung lebih lama. Proses hujan ini tidak dapat diestimasi dengan baik lama kejadiannya, bisa berlangsung hingga 3 jam atau lebih.

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kita sebagai masyarakat dapat lebih mengakrabkan diri dengan perubahan cuaca yang ada disekitar kita agar kegiatan sehari-hari kita dapat berjalan dengan baik dan lebih efisien.

Perubahan kondisi cuaca berlangsung sangat cepat, sekarang langit sangat cerah tetapi 10 menit kemudian hujan deras bisa saja terjadi.

Manfaatkan prakiraan cuaca yang telah dibuat oleh badan yang menguasai dibidangnya yaitu BMKG, informasi akan diupdate secara berkala selama 24 jam.

Langit memang luas tetapi tidak ada salahnya kita semua mempelajarinya, semoga informasi diatas dapat memberikan sedikit pelajaran kepada masyarakat luas agar lebih mengenal lagi cuaca disekitar kita.*

Baca juga:  Rahma, Walikota Fathonah yang Difitnah

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini