Beranda Opini

Keadilan Pembangunan

0
Robby Patria-f/istimewa-net

Oleh: Robby Patria

Saya senang ada wacana membangun sirkuit mau mengalahkan sirkuit Mandalika. Lokasi pembangunan di Bintan dan Batam yang nilainya Rp100 triliun. Biar orang kaya bisa menikmati balapan itu dan menonton sambil wisata. Bahkan juga akan membangun jembatan Batam Bintan Rp13 triliun lebih di 2022.

Biar mereka kalangan berada bisa lalu lalang ke Batam dengan mobil. Yang tak punya mobil, bisa pakai motor atau feri. Ini sesuatu yang luar biasa. Kepri punya jembatan terpanjang di Indonesia, walaupun nanti dikelola swasta dengan waktu yang lama. Dan sangat lama. Ide pembangunan Jembatan sebenarnya jauh sebelum Kepri ada. Namanya juga angan angan yang akan diwujudkan periode kedua Jokowi.

Kita yang umur 40 tahun pun jika panjang umur sampai 80 tahun, biaya pembangunan bisa jadi belum impas. Karena ada wacana konsesi swasta dan BUMN mengelola hingga 50 tahun sejak dioperasikan. Karena hitungan biaya tol dari tiket masuk dan impas biaya pembangunan.

Walaupun di bawah jembatan itu nantinya tepatnya di Tanjung Sauh ada proyek investasi besar pelabuhan dan bisnis pendukung lain.

Garuda yang terbang tiap hari saja di musim pandemi saat ini sekarang sedang berjuang diselamatkan. Bagaimana negara mau kucurkan Rp4 triliun untuk membangun jembatan kalaupun ditunda, tak sedikit menganggu pembangunan. Apalagi utang negara sudah menembus Rp6000 triliun.

Pemerintah sebaiknya perhatikan juga keadilan pembangunan di daerah Kepulauan Riau ini. Karena masih terjadi disparitas pembangunan baik dari sisi fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kesejahteraan dan lain lain.

Contohnya ini Tambelan, Kabupaten Bintan. Jalan di sana rusak parah. Dibangun jalan laut, malah tak diselesaikan. Ibarat bercinta tanpa mencapai orgasme. Karena jalan yang sudah melewati tiga kampung, di namun terhenti di tengah laut untuk terhubung ke Kelurahan Teluk Sekuni.

Baca juga:  Perlindungan Hukum Bagi Keamanan dan Keselamatan Scuba Diving

Kemudian jalan raya utama di Tambelan rusak parah seperti naik kuda kalau lewat. Karena sepeda motor akan masuk lubang. Jalan raya rusak itu di Desa Batulepuk, Desa Hilir, Desa Melayu dan Kukup rusak parah lebih dari setahun lalu. Dan sampai anggaran 2021 belum ada tanda tanda dilakukan perbaikan.

Ambilah kebijakan pembangunan yang prokepada masyarakat jangan terlalu membuat proyek mercusuar. Karena musim pandemi ini proyek proyek padat karya seperti perbaikan jalan kecamatan, jalan di kelurahan itu bermanfaat bagi buruh harian.

Mereka bisa kerja tanpa harus memiliki skill khusus seperti membangun jembatan yang banyak menggunakan mesin itu.

Dan saya dan mungkin kita bisa makan teratur saja sudah alhamdulillah di masa pandemi ini. Bahkan ada beberapa kejadian warga mencuri kotak amal infak di masjid. Mereka melakukan mungkin karena lapar sehingga nekat melakukan tindakan yang bertentangan dengan moral dan agama manapun.

Belum terbayang mau nonton balapan Motor GP secara live. Di Singapura ada sirkuit F1, karena rata rata pendapatan income perkapita sudah melebihi US50.000.

Lah di Kepri, pengangguran di tahun 2021 sampai dengan Februari 10, 12 persen dari jumlah penduduk Kepri 2 juta lebih. Income per kapita masih di bawah 5.000 dolar. Mau nonton balapan motor? Ya, orang orang kaya bisa menonton langsung dan kita nonton siaran Tv sinetron mencari Hidayah saja.

Dan berdoa semoga diberikan pemimpin hebat. Tak usah demo.Cukup doakan semoga diberikan pemimpin hebat.*

example banner

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini