Beranda Opini

Satu Klik yang Menghancurkan: Darurat Judi Online di Kalangan Remaja

0
Sekar Wulandari-f/dokumentasi-pribadi

Oleh:
Sekar Nur Wulandari, S.E., M.Si
Peneliti Barenlitbang Provinsi Kepulauan Riau

INTERNET pernah dibayangkan sebagai jendela dunia, tempat belajar, membuka peluang, dan memperluas cakrawala pengetahuan. Tapi bagi jutaan remaja Indonesia hari ini, internet berubah menjadi pintu jebakan: masuk tanpa sadar, keluar dengan luka yang dalam. Namanya: judi online.

Fenomena ini bukan sekadar tren digital atau “hiburan daring”. Ia adalah bom waktu yang meledak perlahan di ruang-ruang sunyi anak muda: kamar tidur, ruang belajar, bahkan di sekolah. Media sosial seperti TikTok dan YouTube penuh dengan konten berlabel “game penghasil uang”, padahal di balik animasi warna-warni itu tersembunyi praktik perjudian ilegal yang merusak.

Mereka yang terjebak sering tak sadar bahwa mereka tengah berjudi. Tidak ada papan peringatan, tidak ada larangan usia yang ditegakkan, tidak ada edukasi yang cukup. Yang ada hanya klik demi klik menuju kecanduan. Uang jajan habis, nilai sekolah anjlok, hubungan keluarga memburuk. Sebagian mulai mencuri. Yang lain mulai berbohong. Semua berawal dari satu klik yang dianggap iseng.

Di titik ini, reaksi publik nyaris bisa ditebak, menyalahkan remaja karena dianggap nakal, menyalahkan orang tua karena dinilai abai, menyalahkan sekolah karena tak peka, dan menyalahkan pemerintah karena tak cukup cepat bertindak. Tapi pertanyaan paling mendasar adalah: siapa yang bertanggung jawab?. Jawabannya sederhana: kita semua.

Judi online yang menyasar remaja adalah krisis kolektif. Dan satu-satunya jalan keluar adalah melalui gerakan bersama.

Orang tua tak bisa lagi hanya menjadi pengguna aplikasi. Mereka harus belajar mengenali pola adiktif dalam dunia digital, memahami cara kerja visual iklan judi, dan aktif membangun komunikasi terbuka dengan anak.

Baca juga:  Tong Kosong Nyaring Bunyinya, Lawan Kotak Kosong Kering Timsesnya

Sekolah tak boleh hanya fokus pada kurikulum. Mereka harus jadi ruang aman yang membicarakan risiko digital secara jujur dari literasi keuangan, bahaya utang daring, hingga etika bermedia.

Pemerintah tak cukup hanya memblokir situs judi. Strategi edukasi harus menyentuh kanal favorit remaja. Bukan seminar kaku atau brosur formal, tapi konten yang relevan dan emosional, disampaikan lewat influencer, komunitas muda, dan kampanye kreatif.
Dan yang paling penting, kita perlu memulihkan hak anak untuk tumbuh di ruang digital yang sehat.

Judi online bukan hanya soal pelanggaran hukum. Ini tentang nasib anak-anak yang kehilangan masa depan bahkan sebelum sempat bermimpi. Ini tentang nilai-nilai yang kita agung-agungkan, yakni, pendidikan, moral, dan perlindungan anak. Nilai-nilai yang kini dipertaruhkan karena kita terlalu lama diam.

Jika hari ini satu anak saja terjerumus dan kita membiarkannya, maka yang kita korbankan bukan hanya hidupnya. Kita juga sedang merusak fondasi masa depan bangsa.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini