Beranda Headline

Konsep Unik Rida K Liamsi Dalam Setiap Momen Menyambut FSIGB

0
Datuk Seri Perdana Rida K Liamsi menyaksikan peluncuran 100 buku puisi melalui sarana layang layang naga pada tahun 2021 lalu-f/istimewa-fsigb

TANJUNGPINANG (HAKA) – Salah satu yang khas, dari rangkaian event Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (FSIGB), adalah peluncuran bersama 100 buku puisi karya para penyair peserta FSIGB.

“Acara ini sudah dimulai tiga tahun lalu, dan dilakukan dengan cara unik,” kata Penanggungjawab FSIGB, Datuk Seri Perdana Rida K Liamsi.

Ia menceritakan, saat acara pertama kali pada tahun 2020, digelar di depan astaka MTQ Provinsi Kepri, tepatnya di pelataran Taman Gurindam.

Saat itu, poster cover buku puisi diterbangkan oleh 1.000 balon yang terbagi menjadi 10 kebat, dan tiap kebat terdiri dari 100 balon. Lalu ditiap kebat itu digantungkan 10 poster buku puisi.

Kemudian, sambung Rida, kebatan balon itu terbang ke langit, yang tentu saja diawali pembacaan mantera. Yakni, kata kata indah dari para tokoh sastra dunia. Antara lain : Jika politik bengkok, puisi yang meluruskan.

“Salah satu kata-kata mutiara itu dari John F Kennedy, mantan Presiden Amerika Serikat yang fenomenal,” ujarnya.

Rida menambahkan, secara bergantian para undangan khusus acara peluncuran itu, ikut melepas balon diikuti pekikan, “Hidup puisi”. “Hidup FSIGB”.

Lantas, semua buku puisi yang dikirim ke panitia, kemudian disumbangkan pada perputakaan daerah propinsi dan Kota Tanjungpinang.

“Termasuk ke perguruan tinggi setempat,” ujarnya.

Menurut Rida, pada hakekatnya penyebutan nama 100 buku puisi itu, bersifat simbolik. Bisa lebih 100 buku, bisa saja kurang dari 100.

Tapi itu, kata Rida, jadi semacam deklarasi bahwa penyair peserta FSIGB terus kreatif dan menulis puisi. Seorang penyair bakal disebut sebenarnya penyair, jika dia sudah punya buku puisi.

Lebih jauh Rida menjelaskan, pada Tahun 2021, cara peluncuran diganti. Saat itu, semua poster cover buku puisi itu ditempelkan pada layang layang.

Baca juga:  Digelar 25 September, Kesusastraan Melayu akan Dibahas dalam FSIGB

Lalu 100 layang itu diterbangkan serentak pada sebuah layang besar berbentuk naga yang berekor panjang.

“Ini kerja hebat ahli layang layang Kepri, Encik Mat, yang sudah melalanglang buana bermain layang layang,” sebutnya.

Pelepasan layang-layang itu dilakukan di area Rimba Jaya yang menghadap ke Pulau Bayan, sebuah pulau yang bersejarah.

Sudah tentu, sambung Rida, konsep ini meriah dan penuh pekikan histeris ketika seratus layang-layang itu terbang. Terlihat, layang-layang berkepala naga berekor panjang itu mengigal ke langit siang.

“Unik,” ucapnya.

Tahun ini, kata Rida acara peluncuran bersama 100 buku puisi itu kembali diadakan. Rencananya, akan dibangun sebuah tugu berbentuk perahu layar dalam taman semi permanen.

Di layar dan lambung perahu itu akan ditempelkan cover buku puisi yang akan diluncurkan. Kemudian layar perahu itu, akan dikerek perlahan lahan menuju puncak tiang.

“Ini simbol bahwa perahu kepenyairan sedang berlayar ke laut lepas membawa selamat riuh karya karya para penyair peserta FSIGB tersebut. Ini juga ide dari penyair Husnizar Hood,” paparnya.

Rida juga menerangkan, taman semi permanen itu nantinya dinamakan taman Bustan Al Katibin, atau taman para penulis, seperti judul buku karya pujangga Melayu Raja Ali Haji.

“Menurut Pak Rektor UMRAH, Prof Agung Damar Syaikti, akan membangun tugu itu secara permanen di pelataran rektorat UMRAH. Kelak, siapapun penyair yang datang ke Kepri, belum sah sebagai penyair kalau belum datang dan berfoto di tugu itu,” kata Datuk Seri Perdana Rida K Liamsi, sambil tertawa.

Rida mengatakan, saat ini sudah ada sekitar 60 buku yang sudah mendaftar untuk ikut peluncuran bersama. Pesertanya datang dari berbagai daerah, termasuk dari Malaysia. Pendaftaran masih dibuka hingga 31 Agustus.

Baca juga:  Pelayanan Publik Pemko Batam Turun Level, Dinas Pendidikan Paling Rendah

“Mudah-mudahan semuanya lancar,” harapnya.

Selain peluncuran 100 buku puisi, juga akan ada parade baca puisi. Sekitar 30 penyair akan meramaikan parade tersebut. “Panas dan berkeringat ya karena siang. Tapi itulah penyair. Hidup penuh aroma gairah dan keindahan.“ pungkasnya. (arp)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini