TANJUNGPINANG (HAKA)— Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Riau (Kepri) sedang berpacu, mengatasi krisis tenaga dokter spesialis di wilayah kepulauan.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Minimnya minat dokter bertugas di daerah terpencil, ditambah mahalnya biaya insentif, membuat layanan kesehatan di banyak pulau berjalan setengah hati.
Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengakui, banyak dokter spesialis hanya bertahan beberapa tahun sebelum akhirnya pindah. Salah satu penyebabnya, kemampuan keuangan daerah kabupaten/kota yang tak sanggup terus-menerus membayar insentif tinggi.
“Ini masalah yang sudah lama membelit layanan kesehatan kita,” kata Ansar, kemarin.
Untuk memutus lingkaran masalah itu, Pemprov Kepri menempuh strategi baru, yakni dengan mengirim putra-putri asli daerah menempuh pendidikan dokter spesialis lewat beasiswa. Harapannya, setelah lulus mereka bersedia kembali mengabdi di tanah kelahiran.
“Kita ingin anak-anak Kepri yang kita sekolahkan bisa pulang menjadi dokter spesialis di daerah mereka sendiri. Karena ada rasa tanggung jawab moral, mereka akan lebih betah dan bertahan lama,” tegas Ansar.
Namun jalan menuju itu tidak mulus. Regulasi saat ini hanya memperbolehkan penerima beasiswa berasal dari kalangan PNS, sementara dokter berstatus PPPK tidak tercakup. Akibatnya, jumlah calon penerima beasiswa menjadi sangat terbatas.
Ansar menilai perlu ada dukungan pemerintah pusat, khususnya sinkronisasi kebijakan antara Kementerian PANRB, BKN, dan Kementerian Kesehatan. Ia mendorong agar lulusan beasiswa asal daerah dapat langsung diangkat menjadi ASN di wilayah asalnya.
“Dengan begitu, program beasiswa yang dibiayai daerah tidak sia-sia, karena dokter spesialis yang sudah ditempa bisa langsung diangkat menjadi ASN di daerah asalnya,” ujarnya.(kar)