TANJUNGPINANG (HAKA) – Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri mencatat, pada tahun 2023 lalu, Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Provinsi Kepri turun sebesar 0,047 poin, menjadi 0,348, dibanding tahun 2022.
Kepala BPS Provinsi Kepri, Darwis Sitorus menjelaskan, bahwa ketimpangan gender di Provinsi Kepri selama enam tahun terakhir cukup fluktuatif.
“Hal itu dipengaruhi oleh kenaikan pada dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja,” katanya dilansir dari Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Kepri, Jumat (10/5/2024).
Lebih lanjut Darwis menjelaskan, IKG Provinsi Kepri dibentuk dari tiga dimensi. Yaitu kesehatan reproduksi, lalu dimensi pemberdayaan, dan dimensi pasar tenaga kerja, yang dibentuk oleh indikator penyusunnya masing-masing.
Khusus dimensi kesehatan reproduksi perempuan kata Darwis, dibentuk dari dua indikator. Yakni, proporsi perempuan usia 15–49 tahun yang melahirkan hidup tidak di fasilitas kesehatan (MTF).
Selain itu, Darwis juga menjelaskan mengenai dimensi pemberdayaan, yang dibentuk oleh dua indikator. Salah satunya persentase penduduk 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas.
Darwis menambahkan, dimensi pasar tenaga kerja direpresentasikan dengan indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), yang mengalami kenaikan selama 2018-2023, baik laki-laki maupun perempuan.
TPAK laki-laki pada tahun 2018 sebesar 81,45 persen meningkat menjadi 84,92 persen pada tahun 2023 , sementara TPAK perempuan meningkat cukup tinggi dari 46,62 persen pada tahun 2018 menjadi 51,95 persen pada tahun 2023.
“Dari tujuh kabupaten/kota di Kepri ketimpangan gender paling rendah dicapai oleh Kota Tanjungpinang, yakni sebesar 0,047 poin,” pungkasnya. (sha)
