Harian Kepri

Wujudkan Mimpi Jembatan Batam Bintan di Tangan Sang Visioner, Ansar Ahmad

Gubernur Kepri, Ansar Ahmad berbincang serius dengan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu-f/istimewa-bpmi setpres

KEPULAUAN Riau (Kepri) resmi menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang (UU) nomor 25 tahun 2002. Di usianya yang baru 19 tahun, Provinsi Kepri saat ini tengah bersemangat untuk mewujudkan pembangunan, demi terciptanya Kepri yang maju disegala bidang, baik infrastruktur, ekonomi, pendidikan dan bidang-bidang lainnya.

Bila kita melihat sejenak ke belakang, pembentukkan Provinsi Kepri, diawali dari sebuah mimpi. Dari sebuah angan-angan, yang bisa jadi bagi sebagian kelompok tidak mungkin untuk diwujudkan.

Namun, berkat perjuangan dan kerja keras masyarakat. Provinsi Kepri saat ini menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang cukup banyak mengukir prestasi di tingkat nasional.

Di era saat ini, semangat untuk membangun Kepri untuk menjadi lebih baik lagi, masih tetap terus dilanjutkan. Rakyat Kepri bersama para pemimpinnya masih terus bermimpi, dengan impian-impian yang visioner dalam rangka mengisi pembangunan, sebagai bentuk tanggungjawab untuk mengisi hasil perjuangan.

Sebagai daerah yang berada di posisi terdepan di Indonesia. Secara geografis, berbatasan dengan tiga negara sekaligus yakni Malaysia, Singapura dan Vietnam.

Provinsi Kepri yang saat ini di bawah kepemimpinan Gubernur Ansar Ahmad dan Wakil Gubernur Marlin Agustina membawa visi ‘Terwujudnya Kepulauan Riau yang Makmur, Berdaya Saing dan Berbudaya’.

Kepri menjelma menjadi salah satu provinsi pemekaran baru di Indonesia yang patut diperhitungkan dan menjadi contoh atas keberhasilannya bagi Provinsi lainnya.

Kepri memiliki 5 kabupaten dan 2 kota. Yakni kota Tanjungpinang, kota Batam, kabupaten Bintan, kabupaten Karimun, kabupaten Natuna, kabupaten Lingga dan kabupaten Kepulauan Anambas. Setiap kabupaten dan kota, disekat oleh hamparan laut dan hanya bisa dikoneksikan dengan transportasi air.

Setiap kabupaten dan kota yang ada di Kepri, memiliki potensi alam masing-masing yang bisa dieksplorasi guna menumbuhkan perekonomian, dengan muara menyejahterakan masyarakatnya.

Kepri memiliki laut yang jauh lebih luas dibanding daratan, 96 persen berbanding 4 persen. Antara kabupaten dan kota yang satu dengan lain dipisahkan oleh laut. Dan untuk membangun sebuah daerah kelautan jelas membutuhkan dana dan tenaga yang serba ekstra.

Tidak dipungkiri, di Kepri masih terjadi ketimpangan dalam banyak hal antara satu daerah dengan lainnya. Yang paling mencolok adalah dalam hal pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan kehidupan sosialnya.

Sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah, Gubernur Kepri selalu mendapatkan keluhan dari masyarakat atas kondisi ini. Seolah hanya Kota Batam yang diperhatikan, sehingga Batam lebih maju dan berkembang dibanding kabupaten dan kota lainnya.

Untuk meminimalisir anggapan diskriminatif perlakuan terhadap ‘anak-anaknya’, berbagai cara dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kepri agar pembangunan bisa merata, terintegrasi dan tidak hanya terpusat di satu daerah saja. Pemerataan kesejahteraan adalah kata kunci yang harus diwujudkan Bersama-sama.

Rakyat Kepri kembali diajak bermimpi, dan tercetuslah angan, bagaimana agar pertumbuhan perekonomian tidak hanya berpusat di kota Batam saja, melainkan bisa menjalar ke Kabupaten dan Kota yang lain.

Keluarlah gagasan membangun jembatan yang menghubungkan Kota Batam dan Pulau Bintan atau jembatan Batam-Bintan. Jembatan ini diyakini akan bisa membuka keterisoliran masyarakat, mampu mempercepat mobilisasi barang, orang dan uang, mendongkrak perekonomian Kepri secara cepat dan merata.

Dan yang paling penting, jembatan Batam-Bintan ini nantinya akan menjadi solusi tepat dalam upaya mempercepat pemerataan pembangunan dan perekonomian di Provinsi Kepri.

Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengatakan bahwa untuk mewujudkan jembatan Batam-Bintan, yang disebut sebagai cikal-bakal jembatan terpanjang di Indonesia ini, lagi-lagi rakyat Kepri harus kembali merapatkan barisan guna memperjuangkannya.

“Dan jelas bahwa mimpi tersebut tidak mudah dan tidak murah, butuh banyak pengorbanan didalamnya,” katanya.

Bagi Ansar, bicara mengenai kemaritiman berarti sedang berbicara soal kewibawaaan bangsa Indonesia. Laut Kepri berbatasan langsung dengan negara lain, sudah seharusnya dihiasi dengan infrastruktur yang ikonik sekaligus bermanfaat bagi masyarakat banyak. Salah satu jawabannya adalah Jembatan Batam-Bintan.

“Mimpi masyarakat Kepri untuk mewujudkan jembatan Batam-Bintan ini sudah lama sekali, namun perjuangan untuk mewujudkannya mengalami pasang surut seiring dengan silih bergantinya kepemimpinan di daerah. Ini adalah mimpi besar masyarakat Kepri yang harus sama-sama kita beli. Kita beli dan kita persembahkan untuk Indonesia,” jelas Ansar.

Menurut mantan Bupati Bintan dua periode ini, harus diakui, untuk mewujudkan pembangunan Jembatan Batam-Bintan tidak semudah yang dibayangkan. Perlu banyak aspek yang harus diperhatikan.

Namun, bagi Ansar yang dikenal sebagai Tokoh Visioner di Kepri, hal itu bukan menjadi penghalang, bila dilakukan dengan kesungguhan, kebersamaan, kerja keras dan kontiniu.

“Yang terpenting kita berusaha dan berdoa. Masalah hasil pasti tidak pernah mengkhianati usaha. Jangan pernah menyerah dan kita tetap bekerja keras bersama-sama. Bagi masyarakat yang sudah dengan ikhlas menyerahkan tanahnya untuk diganti rugi, itu juga sudah bagian dari andil dalam mewujudkan jembatan Batam-Bintan ini,” tegas Ansar.

Terpanjang, Iconic & Usable

Jembatan Batam-Bintan dikonsep untuk menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Bintan. Panjang jembatan itu 14,74 kilometer dengan nilai investasi sekitar Rp16,91 triliun.

Pembangunan jembatan ini, akan dilakukan dengan skema pembiayaan Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Dengan rinciannya, sepanjang 7,98 kilometer dibangun oleh pemerintah secara Viability Gap Fund (VGF) dengan anggaran sebesar Rp13,57 triliun. Sedangkan untuk sepanjang 6,67 kilometer akan dibangun dengan dana pinjaman luar negeri senilai USD300 juta atau ekuivalen dengan Rp3,34 triliun.

Adapun final business case (FBC) ini telah disusun oleh Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Bappenas RI, dan akan di finalisasi di Februari 2022.

Menurut Ansar, dibangunnya jembatan Batam-Bintan ini juga inline dengan program pemerintah pusat di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang akan menjadikan Kepulauan Riau sebagai Kawasan Strategis Perekonomian Nasional (KSPN).

“Jembatan Batam-Bintan ini nantinya akan menjadi jembatan yang terpanjang di Indonesia, iconic dan usefull bagi masyarakat Kepri dan tentu menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia,” ujar Ansar.

Ansar mengatakan, jembatan ini diharapkan dapat memudahkan mobilitas kendaraan dari kedua wilayah. Juga akan memperlancar mobilitas orang, barang dan uang dan muaranya bisa meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian kedua wilayah, dan selanjutnya menjalar ke wilayah-wilayah lainnya.

Jembatan Batam-Bintan ini sudah mulai dirancang oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sejak tahun 2005, kemudian diperbarui tahun 2010.

Jembatan ini dirancang untuk bisa dilewati kendaraan dengan kecepatan hingga 80 kilometer per jam, juga akan memiliki vertical clearance yang ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan yaitu Batam-Tanjung Sauh setinggi 27 meter dan Tanjung Sauh-Batam setinggi 40 meter. Penetapan vertical clearance tersebut bertujuan agar tidak mengganggu aktivitas lalu-lalang kapal-kapal besar nantinya.

Tidak hanya itu, jembatan ini juga didesain dengan system satu on/off ramp yang berlokasi di Pulau Tanjung Sauh. Lajur jembatan memiliki lebar 3,6 meter, bahu luar selebar 3 meter dan bahu dalam selebar 1,5 meter, serta lebar median 4 meter. Jika tidak ada aral-melintang konstruksinya akan dilakukan tahun ini dan bisa beroperasi 3 tahun setelahnya atau tahun 2025.

Ansar sangat optimis jembatan Batam-Bintan ini akan menjadi solusi tepat dalam upaya mempercepat pemerataan pembangunan dan perekonomian di Provinsi Kepri. Karena dengan adanya jembatan ini akan lebih mempercepat lalulintas dan melancarkan kendaraan dan orang.

Sehingga, hal tersebut akan berdampak pula pada cepatnya alur barang dan uang yang muaranya akan terwujud pemerataan perekonomian serta kesejahteraan yang adil dan pendidikan yang setara.

“Jembatan ini telah menjadi mimpi kita Bersama. Oleh karena itu, mari kita wujudkan bersama-sama. Impian yang besar tentu perlu modal besar. Mari kita beli mimpi yang visioner ini, lalu kita persembahkan untuk Indonesia,” tutupnya.(adv)

Exit mobile version