TANJUNGPINANG (HAKA) – Rencana Pemprov Kepri membangun Monumen Bahasa Nasional di Pulau Penyengat mendapat dukungan dari berbagai kalangan.
Monumen setinggi 60 meter ini akan menjadi simbol penghargaan, terhadap lahirnya Bahasa Indonesia dan jejak sejarah Raja Ali Haji.
Kepala Balai Pelestarian Budaya Wilayah IV, Jumhari, menyatakan dukungan penuh Kementerian Kebudayaan terhadap rencana tersebut.
Ia menegaskan, monumen tidak hanya bersifat simbolik, tetapi juga harus memberi manfaat bagi masyarakat, dan tetap mematuhi aturan cagar budaya.
“Tugu Bahasa tidak hanya simbolis, tapi juga harus memberi manfaat kepada masyarakat,” ujarnya, kemarin.
Jumhari berharap, tim ahli cagar #budaya dan kementerian, mendukung penyediaan sarana dan prasarana pendukung pembangunan.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kepri, Abdul Malik, mengingatkan, bahwa gagasan pembangunan monumen ini sudah sejak lama.
Pada 2009, sejumlah pakar membahasnya. Lalu setahun kemudian ada seminar yang hasilnya merekomendasikan pentingnya pembangunan monumen itu.
“Dunia sudah menghargai. Turkmenistan bahkan mendirikan monumen Raja Ali Haji. Saatnya kita menunjukkan kepedulian terhadap bahasa dan budaya kita sendiri,” tegasnya.
Kalangan akademisi juga mendukung rencana tersebut. Perwakilan STISIPOL Tanjungpinang, Zamzami, menekankan pentingnya pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan agar proyek ini.
“Secara filosofi tidak ada masalah. Tapi karena ini struktur baru di Penyengat, pelibatan berbagai pihak penting agar tidak muncul penolakan di kemudian hari,” katanya.
Berita sebelumnya, Pemprov Kepri menargetkan peletakan batu pertama atau groundbreaking Monumen Bahasa Nasional pada akhir November 2025.
Gubernur Kepri Ansar Ahmad menyampaikan, acara tersebut akan dihadiri Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
“Insya Allah saat groundbreaking nanti kita undang Pak Menteri,” ujar Ansar, Kamis (2/10/2025).
Lokasi pembangunan berada tidak jauh dari bekas tugu lama, namun di posisi yang lebih tinggi karena pondasi lama sudah tidak dapat digunakan.
Pemprov Kepri juga telah menyiapkan alokasi anggaran tahun 2026 untuk menyusun Detail Engineering Design (DED) monumen.
Monumen setinggi 60 meter ini akan nantinya memiliki museum dan lift.
“Lift ini kita siapkan agar masyarakat bisa melihat wilayah Kota Tanjungpinang lebih luas,” jelas Ansar.
Ansar menegaskan, pembangunan monumen bertujuan memperkuat posisi Pulau Penyengat sebagai pusat sejarah Bahasa Indonesia.
“Pulau Penyengat telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa ini dengan melahirkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,” tegasnya.(kar)




