TANJUNGPINANG (HAKA) – Pulau Penyengat, permata kecil di jantung Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau, menyimpan sejuta pesona. Lebih dari sekadar keindahan alam, pulau ini adalah saksi bisu sejarah panjang bahasa Melayu, cikal bakal bahasa Indonesia.
Di tengah upaya mempercantik wajah pulau ini, terselip sebuah mimpi besar yang masih tertunda, yaitu pembangunan Monumen Tugu Bahasa Nasional.
Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, memiliki visi menjadikan Pulau Penyengat sebagai ikon wisata religi mendunia. Ia bercita-cita membangun monumen megah, sebagai simbol penghormatan terhadap warisan budaya dan bahasa. Monumen ini digadang-gadang akan menjadi landmark baru yang memperkuat identitas sejarah Pulau Penyengat.
Perjuangan Panjang Mewujudkan Cita-cita
Rencana pembangunan monumen ini bukanlah hal baru. Gagasan ini bermula pada tahun 2010, disepakati dalam mufakat 12 antara Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau dan LAM Kepri, dalam seminar bahasa nasional di Pekanbaru.
Peletakan batu pertama pun telah dilakukan pada tahun 2013 oleh Gubernur Kepri saat itu, HM Sani. Namun, badai masalah hukum dan dugaan korupsi menghantam, membuat proyek ini terhenti di tengah jalan.
Ansar Ahmad kemudian menghidupkan kembali mimpi ini. Sejak 2022, ia aktif melobi pemerintah pusat, berjuang mendapatkan anggaran pembangunan.
Usahanya membuahkan hasil di tahun 2024, Kementerian PUPR akhirnya menyetujui anggaran sebesar Rp 93 miliar untuk mewujudkan monumen sembilan lantai dengan berbagai fasilitas modern.
Namun, mimpi itu harus tertunda. Di penghujung tahun 2024, Ansar mengumumkan bahwa pembangunan Monumen Tugu Bahasa Nasional batal direalisasikan pada tahun 2025.
Kendati demikian, ia bertekad untuk terus memperjuangkan proyek ini, bahkan berencana membawa aspirasi tersebut langsung kepada Presiden Prabowo Subianto.
“Saya akan terus memperjuangkan ini dengan mengajak anggota DPR RI dapil Kepri Endipat Wijaya dan Rizky Faisal untuk berkomunikasi dengan Presiden Prabowo,” kata Ansar di Gedung Daerah, Kota Tanjungpinang, Senin (2/12/2024).
Pulau Penyengat: Semakin Cantik Menyambut Wisatawan
Meskipun monumen bahasa belum terwujud, Ansar berhasil memoles Pulau Penyengat menjadi destinasi wisata yang semakin menawan. Berkat kucuran dana APBN dan APBD, berbagai penataan dilakukan, mulai dari Masjid Raya Sultan Riau, pembangunan jalan, hingga konversi bentor menjadi becak listrik (gelis).
Hasilnya, wajah Pulau Penyengat kini semakin cantik dan menarik minat wisatawan. Warga setempat pun merasakan dampak positifnya.
“Kita berharap semoga monumen ini tetap bisa dibangun di masa depan,” ujar Sayed, salah satu warga Penyengat, kepada hariankepri.com.
Mimpi yang Tak Padam
Bagi Ansar Ahmad, Pulau Penyengat bukan hanya warisan budaya, tetapi juga simbol kebanggaan Kepri. Meskipun mimpi membangun Monumen Tugu Bahasa Nasional masih harus menunggu, tapi semangatnya untuk melestarikan sejarah dan mempercantik pulau ini tidak pernah padam.
Pulau Penyengat adalah bukti bahwa cita-cita besar membutuhkan perjuangan panjang. Di balik keindahan dan sejarahnya, tersimpan harapan agar generasi mendatang terus menghargai warisan leluhur, terutama bahasa yang telah menyatukan bangsa. (kar)