Beranda Ekonomi Bisnis

Ahmad Nurudin, Karyawan yang Dirumahkan Karena Covid, Kini Jadi Pengusaha

0

Ahmad pun mulai menjalin kerjasama dengan nelayan di Desa Kute dan Desa Lanjut, Kabupaten Lingga untuk memasok ikan tamban salai.

Untuk pengiriman ikan itu, ia menggunakan kapal ferry reguler yang berlayar setiap hari dari Dabo ke Tanjungpinang.

“Dengan modal Rp 3 juta itu juga saya juga belikan perlengkapan seperti kulkas, keranjang tempat penampungan ikan, dan untuk uang bensin mengantar pesanan pelanggan,” tuturnya,

Layaknya sebuah kehidupan, tentu ada saja usahanya itu tak langsung berjalan mulus. Beragam cobaan dan tantangan harus ia hadapi ketika awal merintis usahanya tersebut. Salah satunya jadwal kedatangan kapal yang tidak tepat waktu.

Pernah juga, ikan pesanannya hilang diambil orang ketika dikirim dari tempat produksinya saat tiba di Pelabuhan Sribintan Pura, Tanjungpinang.

Tapi, yang paling sering, ikan yang dikirim tersebut dalam kondisi tidak layak untuk dikonsumsi. Sehingga ia harus menanggung rugi dan komplain dari pelanggan.

Ahmad mengaku tak pernah merasa kecewa, apalagi putus asa dalam menghadapi semua ujian itu. Semuanya dijalaninya dengan tabah dan sabar.

Baginya, itulah resiko yang memang ia hadapi dalam menjalankan bisnisnya itu. Justru semua itu, kini ia jadikan sebagai pelajaran dan pengalaman.

“Dan Alhamdulillah, sampai hari ini saya bisa bertahan. Malahan buat saya tambah
semangat. Sekarang dalam seminggu saya sudah berani pesan 3.000 ribu ekor. Dan itu tak sampai seminggu sudah habis terjual,” ucapnya.

Hebatnya lagi, berkat kegigihannya peminat Tamban Salai PokPek miliknya sampai hari ini, tidak hanya dari Kota Tanjungpinang.

Tapi, sudah merambah hingga ke sejumlah daerah di Kabupaten Bintan. Seperti di Sungai Kecil, Lobam, Tanjunguban, Malang Rapat, Teluk Bakau, dan Tembeling.

Khusus, untuk sejumlah daerah di Kabupaten Bintan tersebut, Ahmad tidak menjual secara langsung.

Baca juga:  Semua SPBU Wajib Pasang Dispenser Gas

Ia memberdayakan para ibu rumah tangga yang ada disejumlah daerah itu untuk menjualkan ikan tamban salai miliknya.

“Seminggu sekali saya kirim ke sana 450 ekor atau 45 bungkus dengan harga Rp 8.000 per bungkus dengan travel. Istilahnya ibu-ibu itu saya jadikan reseller untuk tamban salai saya. Tak sampai seminggu sudah habis. Saya bisa kenal dengan Ibu-ibu itu dari kawan tempat saya kerja dulu. Bukan main senang ibu-ibu itu sekarang. Selain karena ada kesibukan, juga ada duit masuk,”katanya.

Pelan tapi pasti, usaha yang dirintisnya semakin dikenal orang, Kehidupannya, telah berubah 180 derajat disaat awal ia di rumahkan dari pekerjaannya dulu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini