27.4 C
Tanjung Pinang
Selasa, Juli 15, 2025
spot_img
spot_img

Saatnya Lingga Tampil di Panggung Ekonomi Kepri

Oleh:
Encik Ryan Pradana Fekri, ST.,M.PWK.
Staf Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, ITENAS Bandung

KABUPATEN Lingga di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyimpan potensi besar, namun hingga kini masih belum tergarap maksimal.
Kekayaan sejarah Kesultanan Riau-Lingga, budaya Melayu yang kuat, serta sumber daya alam di sektor perikanan, kehutanan, dan pertanian seakan hanya jadi deretan potensi yang belum menjelma menjadi kekuatan ekonomi nyata.

Data Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) tahun 2024 yang dirilis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi pengingat bahwa Kabupaten Lingga masih tertinggal dibanding kabupaten lain di Kepri. Dengan skor 3,55, Lingga berada di bawah Karimun (3,73) dan Bintan (3,59). Ini bukan angka memalukan, tapi jelas menunjukkan bahwa kerja keras masih sangat dibutuhkan.

Potensi Lingga sangat nyata. Tapi apa gunanya potensi jika tak diolah jadi kekuatan? Ini saatnya Lingga bangkit, bukan hanya lewat rencana, tapi melalui tindakan konkret yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat dan peluang ekonomi yang tersedia.

Pariwisata Jangan Sekadar Diceritakan
Lingga punya kekayaan sejarah dan budaya yang tidak banyak daerah lain miliki. Situs Kesultanan Riau-Lingga, pantai eksotis, dan kearifan lokal budaya Melayu adalah magnet wisata yang bisa menjadikan Lingga destinasi unggulan di Kepri.

Namun sayangnya, semua itu belum dikemas dengan baik. Akses jalan ke lokasi wisata masih terbatas, fasilitas minim, dan promosi nyaris tak terdengar.

Padahal, jika pemerintah serius membenahi infrastruktur wisata, menyediakan transportasi antarpulau yang layak, hingga memanfaatkan kekuatan digital marketing, pariwisata Lingga bisa tumbuh pesat.

Promosi lewat media sosial dan kerja sama dengan influencer bisa jadi jalan pintas yang cerdas, asal diiringi kesiapan lapangan. Kelautan dan Perikanan Harus Naik Kelas
Sebagai kabupaten kepulauan, laut adalah aset utama Lingga. Tapi hingga kini, sektor perikanan masih didominasi pola kerja tradisional. Nelayan berlayar dengan cara lama, menjual hasil tangkapan dengan harga rendah, dan minim dukungan teknologi.

Sudah waktunya pemerintah menggandeng investor dan akademisi untuk mendorong modernisasi sektor ini. Budidaya laut berbasis teknologi (marikultur), pelatihan pengolahan ikan bernilai tambah, dan pembukaan akses pasar digital bisa mengangkat nilai jual hasil laut Lingga.

Pengembangan sentra industri perikanan terpadu akan menciptakan efek domino: lapangan kerja terbuka, produk lokal naik kelas, dan roda ekonomi berputar lebih cepat.

UMKM Jangan Dibiarkan Jalan Sendiri
UMKM di Lingga punya potensi luar biasa. Dari batik Melayu, kerajinan tangan, sampai kuliner khas daerah. Tapi tanpa dukungan modal, pelatihan, dan pasar, UMKM akan sulit bertahan, apalagi bersaing.

Solusinya jelas, pemerintah harus membuka akses ke Kredit Usaha Rakyat (KUR), dana desa untuk pemberdayaan ekonomi, dan pendampingan rutin. Pelatihan digital marketing juga penting agar pelaku UMKM bisa masuk ke pasar online yang jauh lebih luas dan menjanjikan.

SDM dan Infrastruktur adalah Pondasi
Tak bisa dimungkiri, tantangan terbesar Lingga adalah keterbatasan SDM. Solusinya bukan jangka pendek. Tapi langkah awal bisa dilakukan dengan memberikan beasiswa pendidikan vokasi, pelatihan berbasis kebutuhan daerah seperti pariwisata, kelautan, dan pertanian.

Tanpa infrastruktur yang layak, semua upaya pengembangan ekonomi hanya akan jadi angan-angan. Jalan, listrik, air bersih, dan sinyal telekomunikasi bukan lagi sekadar pelengkap, tapi prasyarat utama agar ekonomi bisa bergerak.

Butuh Kolaborasi, Bukan Sekadar Instruksi
Pemerintah tak bisa bekerja sendiri. Swasta harus diberi ruang untuk berinvestasi, akademisi dilibatkan dalam riset dan pengembangan, masyarakat dilibatkan dalam pelestarian budaya dan lingkungan. Kolaborasi lintas sektor bukan slogan, tapi kebutuhan mutlak agar pembangunan tak berjalan di tempat.

Universitas bisa membuat riset produk unggulan, swasta bisa membangun resort ramah lingkungan atau industri pengolahan hasil laut. Masyarakat, bila dilibatkan dari awal, pasti akan merasa memiliki dan menjaga pembangunan.

Waktunya Lingga Unjuk Gigi
Kabupaten Lingga punya semua syarat untuk tumbuh: sumber daya alam, kekayaan budaya, letak strategis, dan semangat masyarakat. Yang kurang hanya satu: eksekusi yang konsisten dan terukur.

Jika dikelola dengan pendekatan partisipatif, fokus pada sektor unggulan, dan tidak alergi terhadap inovasi, Lingga bisa menjadi wajah baru pembangunan daerah kepulauan di Indonesia.

Tak perlu menunggu perubahan dari pusat. Saatnya Lingga mengambil langkah berani dari desa-desa pesisirnya, dari pelabuhan kecilnya, dan dari tangan-tangan warganya sendiri. Bangkit bukan sekadar slogan, tapi keputusan politik dan sosial yang harus diambil sekarang juga.(***)

spot_img

Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Iklan -spot_img

Berita Terbaru

Translate »