Beranda Ekonomi Bisnis

2016 Indonesia Kebanjiran Duit Rp 612 Triliun

0
Thomas Lembong

TANJUNGPINANG (HAKA) – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi yang masuk ke Indonesia sepanjang 2016 sebesar Rp612,8 triliun. Angka ini meningkat 12,3 persen dibanding realisasi investasi 2015 sebesar Rp545,4 triliun.

Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong mengatakan, angka ini lebih besar 3,02 persen dibanding target yang ditetapkan pemerintah Rp594,8 triliun.

Oleh karena itu, ia berani menjamin iklim investasi di Indonesia masih terbilang menjanjikan. Apalagi, ia melihat geliat dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang tumbuh lebih kencang dibanding Penanaman Modal Asing (PMA).

Sepanjang tahun lalu, BKPM mencatat PMDN sebesar Rp216,2 triliun atau meningkat 20,44 persen dibanding 2015 sebesar Rp179,5 triliun. Angka ini lebih besar dibanding pertumbuhan PMA secara year on year sebesar 8,39 persen, atau meningkat dari posisi Rp365,9 triliun pada 2015 ke angka Rp 386,4 triliun.

“Buat saya ini menunjukkan satu hal. Pada 2015 itu tahun yang sulit bagi investor domestik seperti tatanan politik yang berdampak negatif pada investasi. Namun, kami melihat data BKPM di 2016, PMDN cukup membaik sehingga ada lonjakan investasi yang cukup besar,” jelas Thomas, Rabu (25/1).

Lebih lanjut ia mengatakan, realisasi investasi terbesar berasal dari industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi dengan nilai Rp69,6 triliun atau 11,3 dari total realisasi investasi.

Disusul oleh investasi industri logam dasar dengan realisasi investasi Rp64,9 triliun atau 10,6 persen dan industri makanan sebesar Rp61 triliun atau 10 persen dari total realisasi investasi.

Melihat hal ini, Thomas mengatakan jika penanaman modal di sektor manufaktur semakin meningkat dan diharapkan bisa mengurangi dominasi investasi sektor primer.

Di tahun 2016, realisasi sektor manufaktur yang sebesar Rp335,8 triliun mengambil porsi 54,79 persen dari total realisasi investasi. Angka ini membaik dibandingkan capaian tahun lalu sebesar Rp236 triliun, atau 43,27 persen dari total realisasi investasi sepanjang tahun lalu.

Baca juga:  Natuna Siap Buka Kembali Penerbangan, Sriwijaya Akan Masuk 8 Juni 2020

“Kami lihat ada perbaikan di sektor sekunder, seperti pembangkit listrik manufaktur, itu mulai bergeliat di tahun lalu. Angka pertumbuhannya pun cukup menggembirakan, kami melihat ada kenaikan 54,8 persen di sektor manufaktur ini,” jelasnya.

Thomas menuturkan, Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi menarik di tengah berbagai kondisi yang menimpa pada tahun lau. Ia mengatakan, tanggapan pemerintah terkait aksi demonstrasi yang terjadi pada akhir tahun lalu membuat investor percaya dengan iklim investasi di Indonesia.

Kendati demikian, pertumbuhan realisasi investasi tahun lalu yang sebesar 12,3 persen masih lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2015 sebesar 17,77 persen. Thomas mengatakan, pertumbuhan realisasi investasi tahun lalu meningkat pesat karena investor cenderung menunda investasinya di tahun 2014 dan genjor-genjoran investasi di tahun 2015 setelah Indonesia melakukan Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden. Pada masa Pemilu, lanjutnya, banyak investor yang cenderung wait and see.

“Seolah-olah memang pertumbuhan tahun ini lebih kecil, tapi justru ini membuktikan bahwa kondisi Indonesia telah kondusif. Pertumbuhan tahun lalu besar karena banyak investor yang menahan investasinya di tahun pembandingnya, yaitu 2014,” ujarnya.

Sebagai informasi, realisasi investasi Indonesia selalu tercatat lebih besar dibanding target yang ingin dituju setiap tahunnya. Pada tahun 2014, realisasi investasi tercatat di angka Rp463,1 triliun, di mana angka tersebut lebih besar 1,42 persen dibanding target semula sebesar Rp456,6 triliun.

Sementara itu, realisasi investasi tahun 2015 tercatat sebesar Rp545,4 triliun, atau 4,98 persen dari target sebesar Rp519,5 triliun. (cnnindonesia.com)

example bannerexample banner

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini