Beranda Daerah Karimun

Kapal Jangkrik Hemat 300 Juta USD

0
Kapal FPU Jangkrik

KARIMUN (HAKA) – Kapal FPU Jangkrik diresmikan di galangan anjungan migas terbesar se-Asia Pasifik, yang berada di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, Selasa (21/3/2017). Peresmian kapal pengolahan gas ini ditandai dengan prosesi pemecahan kendi oleh Ratnawati Jonan, istri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Proyek kapal pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) ini dikerjakan oleh Eni Muara Bakau, dengan memperkerjakan tenaga kerja Indonesia akan beroperasinya dan mulai memproduksi gas pada Mei 2017 nanti.

“Atas nama Tuhan Yang Maha Kuasa kami memohon, lindungilah dan mudahkan segala hal mengenai kapal kami Jangkrik,” ucap, Ratnawati Jonan setelah memecahkan Kendi yang kemudian diiringi dengan bunyi serine.

Setelah itu Menteri Jonan beserta istri, Gubernur Kepri Nurdin Basirun dan rombongan menuju ke anjungan untuk meninjau secara dekat Kapal FPU Jangkrik yang berukuran 46 x 192 meter.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Komisi VII DPR-RI Gus Irawan Pasaribu, Direktur Jendral Migas I Gusti Nyoman Wiratmaja, Bupati Karimun Aunur Rafiq, Kepala BKPM Batam Adi Sugiarti, Executive Vice Presiden Asia Pacific ENI Franco Polo, Mantan KSAL staf khusus Gubernur Prasetyo.

Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan menyerahkan penghargaan Safety Award kepada pekerja proyek Jangkrik atas pencapaian 10 juta jam kerja tanpa kecelakaan. Kapal FPU Jangkrik dikerjakan oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) Eni Muara Bakau BV, perusahaan migas asal Italia. Eni mengklaim sekaligus membuktikan bahwa proyek megaraksasa tersebut sangat mempedulikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya.

Jonan dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih atas nama pemerintah Republik Indonesia kepada Eni Muara Bakau, yang telah berhasil menyelesaikan pembuatan kapal canggih dengan teknologi tinggi, Kapal FPU Jangrik.

Baca juga:  DPRD Kepri Mau Dengar Dulu Pendapat Warga Karimun

Selain sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, pengerjaan proyek kapal ini lebih cepat 12 bulan dari waktu yang diperkirakan. Dengan demikian penghematan yang diperoleh mencapai 300 juta USD. Angka yang menurut Jonan sangat fantastis.

Kepala SKK Migas Amin Sutaryadi menyebutkan proyek ini merupakan salah satu proyek gas besar setelah Masela, proyek IDD Chevron dan kilang gas LNG Tangguh di Papua. Tahun lalu operator blok tersebut, Eni Muara bakau BV dan mitranya telah meneken Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PT Pertamina (Persero). Setelah proyek ini beroperasi, Pertamina akan mendapat gas alam cair (LNG) sebanyak 1,4 juta ton untuk pasokan dalam negeri.

“Untuk awal produksi kita menargetkan 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Itu berlangsung selama 6 tahun. Tahun berikutnya produksi akan menurun. Untuk penjualan gas, kita sudah sepakat dengan memakai Pertamina. Sebanyak 52 persen dijual ke Pertamina, Pertamina jual ke PLN. Sisanya 38 persen dijual ke perusahaan ENI yang lain. Dan 10 persen untuk ke pupuk Kaltim,” terang Amin. (red/humas pemprov)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini